بلا غة التشبيه
فى القرآن سورة البقرة آية ٢٦١
(Makalah Ini Kami Buat Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Ilmu Bayan)
Dosen
Pembimbing:
AM. Hidayatullah, M.A Dr.
Penyusun:
Siti mudrikah: 111150210000013
BAHASA DAN SASTRA
ARAB
FAKULTAS ADAB DAN
HUMANIORA
UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
(2017)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah yang telah menurunkan Al- Qur’an
yang suci dan mulia sebagai penerang dan petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada pembawa risalah kebenaran,
al-islam, Rasul Muhammad saw. Juga kepada keluarganya, para sahabatnya dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mulia. Kesuciaannya
tidak tercemari sedikitpun sedikit pun oleh campur tangan makhluk. Kemuliaannya
tidak mampu di tandingi oleh semua kitab yang ada di muka bumi ini. Walaupun
seluruh makhluk berkumpul dan membuat rekayasa untuk membuat tandingan terhadap
Al-Qur’an niscaya mereka tidak akan mampu membuatnya walaupun satu ayat.
Tidak semua mempunyai kemampuan untuk dapat menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an yang luhur dan mulia. Untuk dapat menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an, seseorang membutuhkan seperangkat ilmu yang cukup sehingga ia dapat
menggali dan mengurai kandungan ayat-ayat tersebut.
Banyak ulama telah melakukan studi tafsir terhadap
ayat-ayat Al-Qur’an, baik tafsir bil-ma’tsur (ayat dengan ayat atau ayat
dengan hadits) maupun bir-ra’yi (ayat dengan akal). Di antara banyak
ulama yang melakukan studi itu adalah al-Imam al-Hafidz Imaduddin Abul-Fida
Ismail bin Katsir (Ibnu Katsir). Beliau telah melakukan suatu kajian tafsir
dengan sangat teliti dengan di lengkapi hadits-hadits dan riayat-riwayat yang
masyhurSebelumnya, izinkan
saya untuk mengamalkan segala yang saya
ketahui di dalam tulisan ini, mengenai “Estetika Retorika Tasbih Dalam
Al-quran Surat al-baqoroh ayat 261”. Yang didalamnya mengandung banyak pesan mungkin sulit cerna dan sulit difahami oleh kita. Sehingga, saya berharap dengan adanya
makalah ini dapat membantu
kita
untuk memahami apa arti dari isi
kandungan ayat dalam surat tersebut.
Sesudahnya, saya memohon kepada sang pemelihara mahkluk di dunia ini.
Semoga kita semua mendapatkan gambaran
sedikit tentang isi kandungan ayat setelah membaca makalah
ini. Amin.
Ciputat, 30 November
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan melihat keadaan di masa sekarang di mana manusia
sering melupakan hal-hal kecil yang sebenarnya sangat penting. Kita sebagai
generasi muda umat islam seyogyanya merasa gengsi jika kita sama sekali
memahami objek kajian keisalam begitu pula pemahaman kita terhadap penafsiran
ayat-ayat Al-Qur’an sebagai pedoman hidup kita (the rule of life). Dengan
inilah menjadikan kajian-kajian keislaman istu sangat penting dan sangat di
sarankan untuk di pelajari para generasi muda saat ini agar tidak salah dalam
melangkah. Sebagaimana tulisan dama bentuk makalah ini sangatlah patut untuk di
baca dan di pahami agar dapat sedikit menemukan penyelesaian dari berbagai
permasalahan dalam memahami isi kandungan sebuah firman tuhan dalam kitab suci
Al-Qur’an.
Akan tetapi dalam tulisan ini kita akan lebih membahas
penafsiran ayat Al-Qur’an dari segi balaghohnya dan khusunya pembahasan
tasybih.dengan mengerucutkan pembahasan dalam beberapa rumusan masalah di bawah
ini.
Semoga dapat membangunkan kita dari mimpi buruk yang
berupa ketidakpahaman kita terhadap penafsiran ayat Al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari tasybih?
2. Apa saja rukun tasybih?
3. Apa faidah tasybih?
4. Bagaimana pembagian tasybih?
5. Apa saja maksud dan tujuan tasybih?
6. Adakah tasybih di dalam surat al-baqoroh
ayat 261?
7. Apa makna yang terkandung di dalam ayat
tersebut
C. Tujuan
Dengan
adanya rumusan-rumusan masalah si atas di harapkan dengan adanya makalah ini bisa
sedikit membantu pembaca dalam hal-hal berikut:
1. Memahami tentang definisi tasybih
2. Memahami tentang rukun-rukun tasybih
3. Memahami tentang faidah tasybih
4. Memahami tentang maksud dan tujuan tasybih
5. Memahami tentang pembagian tasybih
6. Memahami tentang unsur tasybih yang
terdapat di dalam ayat
7. Memahami tentang makna (isi kandungan)
yang terdapat di dalam ayat tafsir Ibnu Katsir
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tasybih(تعريف
التشبيه)
تعريف التشبيه: لغة :التمثيل
“secara
etimologi tasybih juga di sebut dengan tamtsil, yaitu perumpamaan”.[1]
Sedangkan menurut ilmuan muslim yang ahli dalam bidang balaghoh yaitu Ali
al-Jarim dan Musthofa Amin beliau mengatakan:
"
بيان أن شيئا أو أشياء شاركت غيرها فى صفة أو أكثر بأداة هى الكاف أو نحوها ملفوظة
أو ملحوظة"
“ tasybih adalah sebuah penjelasan suatu hal atau beberapa hal memiliki
kesamaan sifat dengan hal yang lain. Penjelasan tersebut menggunakan huruf (ك) kaf atau sejenisnya (yang di sebut dengan adat
tasybih), baik secara tersurat maupun tersirat”[2]
2. Rukun- rukun
tasybih (أركان
التشبيه)
أ. المشبه: الأمر الذي
يراد تشبيهه
“musyabbah:
sesuatu yang hendak di serupakan”
ب.الشبه
به: الأمر الذي يشبه به المشبه
“ musyabbah bih: sesuatu yang di serupakan
dengan musyabbah”
ت.
وجه الشبه: الوصف المشترك بين الطرفين(المشبه
والمشبه به)
“wajhu syabah: sifat yang terdapat pada kedua
pihak (musyabbah dan musyabbah bih). Dan di syaratkan sifat harus lebih kuat
dan lebih jelas pada musyabbah bih dari pada musyabbah.
د.
أداة التشبيه: اللفظ الذي يدل على التشبيه ويربُط المشبه بالمشبه به
“adat tasybih:
huruf atau lafadz yang menujukkan perumpamaan atau penyerupaan. Adakalanya adat
tasybih itu berupa isim, seperti syibih mitslun, mumatsil, dan lafadz-lafadz
yang memiliki makna yang sama denganya, adakalanya berupa fi’il seperti
yusyabbihu, yumatsilu, yusybihu dan lainnya, dan adakalanya berupa huruf
seeperti kaf (ك) dan ka-anna(كأن)[3].
أ.لبيب كالأسد ب. كأنما الماء فى صفاء وقد جرى
ذائب اللجين
وجه الشبه
|
الأداة
|
المشبه به
|
المشبه
|
صفة الشجاعة فيهما
|
ك
|
أسد
|
لبيب
|
فى صفاء
|
كأن
|
ذائب اللجين
|
الماء
|
3.
Faidah tasybih (فائدة
التشبيه)
إيضاح المعنى المقصود
مع الإيجاز والاختصار
“menjelaskan makna yang di maksudkan secara ringkas dan jelas”[4]
4. Maksud dan
tujuan tasybih
Tasybih memiliki beberapa maksud dan tujuan, di
antaranya adalah:
a. Untuk
menjelaskan keanehan-keanehan sesuatu yang dapat terjadi pada musyabbah, yakni
ketika sesuatu yang aneh di sandarkan pada musyabbah dan keanehan itu tidak
akan bisa lenyap sebelum di jelaskan dengan keanehan serupa.
b. Untuk
menjelaskan keadaan musyabbah, yaitu jika musyabbah tidak di kenali sifatnya
ketika di jelaskan melalui tasybih yang menjelaskan. Dengan demikian tasybih
itu memberikan makna yang sama dengan kata sifat.
c. Menjelaskan
kadar keadaan musyabbah, yaitu jika musyabbah sudah di ketahui keadaannya
secara umum, lalu tasybih didatangkan untuk menjelaskan secara rinci keadaan
itu.
d. Mempertegas
keadaan musyabbah, yaitu jika sesuatu yang di sandarkan kepada musyabbah itu
membutuhkan penegasan dan penjelasan dengan contoh.
e. Memperindah
atau malah mempeburuk musyabbah.
5. Pembagian
tasybih (أقسام
التشبيه)
1. Pembagian
tasybih di lihat dari bentuk aslinya.( أقسام التشبيه على طرقه
الأصلية)
Ø
Dilihat dari adatnya(باعتبار
الأداة)
Ø Tasybih
mursal : yang disebutkan adat tasybihnya (ذكر
الأداة)
Ø Tasybih
muakkad : yang tidak disebutkan adat tasybihnya (حذف
الأداة)
لبيب كالأسد (مرسل)
لبيب أسد (مؤكد)
2. Dilihat dari
wajah syabahnya (باعتبار وجه
الشبه)
Ø Tasybih
mufasshal: yang disebutkan wajah syabahnya(ذكر
الوجه)
Ø Tasybih
mujmal: yang tidak disebutkan waja syabahnya (حذف
الوجه)
............ لبيب كالأسد
كأنما الماء فى صفاء وقد جرى ذائب اللجين[5]
3. Dilihat dari
ada dan tidaknya adat tasybih dan wajah syabah secara bersamaan di dalam sebuah
susunan tasybih(باعتبار الأداة ووجه الشبه)
ü Mursal
mufasshal: Jika disebutkan keduanya (adat tasybih dan wajah syabah)
ü Mursal
mujmal: Jika disebutkan adat tasybih nya dan tidak disebutkan wajah syabahnya
ü Muakkad
mufasshal: Jika tidak disebutkan adat tasybihnya tetapi disebutkan wajah
syabahnya
ü Baligh (muakkad
mujmal): jika tidak disebutkan keduanya (adat tasybih dan wajah syabah)[6]
وجه الشبه
|
الأداة
|
به المشبه
|
المشبه
|
فى صفاء
|
كأن
|
ذائب اللجين
|
الماء
|
------
|
كأن
|
ذائب اللجين
|
الماء
|
فى صفاء
|
------
|
ذائب اللجين
|
الماء
|
------
|
------
|
ذائب اللجين
|
الماء
|
4. Dilihat dari
kedua torof tasybih, musyabbah dan musyabbah bih (باعتبار
طرفيه)
ü
Hissy: musyabbah atau musyabbah bih nya
berupa sesuatu yang dapat di inderakan dengan panca indra
Kata “anta dan syamsun” di sini dapat di
inderakan dengan panca indera yang mana kata “anta” di sini menunjukkan makna dhomir “kamu” yang
di tunjukkan kepada manusia yang mana dapat kita indera begitupula dengan “syamsun”
yang berarti matahari yang dapat kita indera.
Adapun contoh musyabbah hissy dan musyabbah bihnya ‘aqly : طبيب
السوء كالموت
Adapula contoh yang musyabbahnya ‘aqly dan
musyabbah bihnya hissy: العلم
نور
ü
‘aqly: musyabbah atau musyabbah bih nya
berupa sesuatu yang tidak dapat di inderakan dengan panca indera akan tetapi
dapat di rasakan: العلم كالحياة
ü
Dilihat dari ifrod dan murokkabny
(Mufrodani, murokkabani, mukhtalifani)
·
Mufrodani (baik musyabbah dan musyabbah
bihnya mufrod) yaitu tidak tersusun dalam jumlah:
§ Muthlaqoni : أنت
كالشمس
§ Muqidani:الساعى بغير طائل
كالراقم على الماء
·
Murokkaban (baik musyabbah dan musyabbah
bihny murokkab)
§
Sama-sama murokkab torofnya dan Disebut
juga dengan tasybih tamtsil karena wajah syabah nya diambil dari kalimat yang
berbilang.
§
Kedua torofnya murokkab akan teatpi wajah
syabah nya tidak terbentuk dari susunan kalimat berbilang (murokkab)
·
Mukhtalifan (ketika musyabbahnya mufrod
akan tetapi musyabbah bihnya murokkab atau sebaliknya)[9]
ü Dilihat dari
murokkab dan mufrodnya wajah syabah
·
Tasybih tamtsil: wajah syabahnya berupa
gambaran yang dirangkai sari keadaan beberapa hal
·
Tasybih ghoiru tamtsil: jika wajah
syabahnya bukan berupa gambaran keadaan beberapa hal
أ- قدانفضت دولة الصيام وقد # بشر سقم الهلال
بالعيد. يتلو الثريا كفاغر شره # يفتح
فاه لأكل عنقود
ب-وماالموت إلا سارق دق شخصه# يصول بلا كف ويسعى بلا رجل[10]
NO
|
Musyabbah
|
Musyabbah bih
|
Wajah syabah
|
Macam tasybih dari segi wajah syabahnya
|
1
|
Gambaran bulan sabit dan bintang soraya dihadapan nya
|
Gambaran orang rakus yang membuka mulutnya untuk memakan tan dan
anggur
|
Gambaran sesuatu yang berbentuk busur menghadap sesuatu lain yang
terdiri atas beberapa bagian yang kecil yang pitih-putih
|
Tamtsil
|
2
|
kematian
|
Pencuri yang samar sosok tubuhnya
|
Tidak kelihatan
|
Ghairu tamtsil
|
6. Tasybih yang
terkandung pada ayat (al-baqoroh: 261)
Ayat dan terjemahannya
مَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ
يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui”.
Dalam ayat tersebut
dapat dilihat bahwasannya mengandung Musyabbah, Musyabbah Bih, Wajhu
Syabah, dan Adat Tasybih.
NO
|
Musyabbah
|
Musyabbah bih
|
Wajah syabah
|
Adat tasybih
|
Macam tasybih dari segi wajah syabahnya
|
1
|
yaitu Orang yang
berinfaq atau bershodaqoh karena allah
|
Benih
(hissy,karena
dapat di indera)[11]
yang
tumbuh tujuh bulir
|
Gambaran suatu
perbuatan baik walupun (sedikit,kecil)yang dibalas dengan pahala berlipat
ganda, dan
|
Matsalun
(isim, berupa masdar dari matstsala)
|
Tamtsil
|
6. Tafsir Al-Hafidz
Ibnu Katsir
مَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ
يُضَاعِفُ لِمَنْ (۲٦١)يَشَاءُ
ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui”.
Menurut Al-Hafidz Ibnu Katsir, ini merupakan perumpamaan yang dibuat
oleh allah swt untuk melipatgandakan pahala yang diterima orang yang
menafkahkan hartanya di jalan – Nya. Satu kebaikan dapat menjadi sepuluh kali
kebaikan yang serupa hingga tujuh ratus kali. Perumpamaan ini lebih merasuk ke
dalam jiwa daripada menyebutkan bilangan tujuh ratus, dan di dalamnya
terkandung isyarat bahwa amal-amal shalih akan ditumbuhkan Allah bagi
pelakunya, sebagaimana di tanah yang subur dan bagus.[12]
BAB III
KESIMPULAN
Tasybih dalam segi bahasa berarti
perumpamaan. Secara istilah Tasybih adalah
penjelasan bahwa suatu hal atau beberapa hal memiliki kesamaan sifat dengan hal
yang lain. Penjelasan tersebut menggunakan huruf kaf atau sejenisnya, baik
tersurat maupun tersirat
Rukun Tasybih ada 4 yaitu
Ø Musyabbah
Ø Musyabbah Bih
Ø Adat Tasybih
Ø Wajhu Syabah
Faidah tasybih
“menjelaskan
makna yang di maksudkan secara ringkas dan jelas”
Di dalam ayat-ayat Al-Qur’an
terdapat Berbagai macam Tasybih yang dapat kita temui ketika kita mencoba
menganalisis dengan bantuan penafsiran yang memahamkan tentunya. Seperti yang
terdapat di dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqoroh Ayat 261 Yang mengandung “Tasybih
Tamtsil.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasyimy Ahmad. Jawahirul Balaghoh.
Darul Ihya (1960).
Al-Jarim Ali dan Musthofa Amin. Balaghotul
Wadhihah. Darul Ma’rifah.
Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin terjemahan al-balaghatul waadhihah.Bandung,
Sinar Baru Algensindo.(2016).
http://mobile.facebook.com/bestAr.Language/posts/534650116547149?_rdc=1&_rdr. 2.desember 2017,
14:56 WIB.
Muhammad Ali Ash-Shabuny. Cahaya Al-Qur’an, tafsir tamatik. Jakarta,
Pustaka al-kautsar (2000).
[1] Ahmad Al Hasyimy. Jawahirul Balaghoh.
Darul ihya (1960) h. 247
[2] Ali Al Jarim dan Musthofa Amin. Balaghoh
Al Wadhihah. Darul Maarif. h. 20
[3] Hidayat. Al Balagoh li AlJam’i. Karya Toha
Putra (Semarang: 2002) h. 113
[5] Ali Al Jarim dan Musthofa Amin. Balaghoh
Al Wadhihah h.23
[6] Ali Al Jarim dan Musthofa Amin. Balaghoh
Al Wadhihah h.30
[7] Ali Al Jarim dan Musthofa Amin. Balaghoh
Al Wadhihah h.23
[8] Ahmad Al Hasyimy. Jawahirul Balaghoh.
Darul ihya (1960) h.250
[9] Ahmad Al Hasyimy. Jawahirul Balaghoh.
Darul ihya (1960) h.251
[10] Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin terjemahan al-balaghatul
waadhihah h.44-45
[11] Ahmad Al Hasyimy. Jawahirul Balaghoh.
Darul ihya (1960) h.250
[12] Muhammad Ali Ash-Shabuny. Cahaya Al-Qur’an, tafsir
tamatik h. 85-86
5 vontoh tasbih balaqoh
BalasHapus